saya adalah pendukung setia as roma sebuah klub yang terletak di ibu kota italia, karena kecintaan saya pada roma dan mengaku sebagai seorang romanisti.......,bravo serie a.......,forza as roma
Minggu, 11 November 2012
Selasa, 06 Maret 2012
MENYONTEK SEBELUM UJIAN
24 Feb 2012 | Rubrik: motivasi - Dibaca: 867 kali
Sobat Fajri Romanisti, ada sisi lain dalam dunia persekolahan di Indonesia, yakni dengan dikenalnya istilah nyontek (sontek, menyontek). Mungkin dan bisa jadi, istilah ini termasuk dalam kategori undercover. Nyontek sering kali dipahami dan merupakan sikap pecundang yang menginginkan hasil optimal tanpa harus bersusah payah.
Biasanya, nyontek
dilakukan oleh para siswa atau mahasiswa yang sedang mengerjakan soal
ujian, dan yang bersangkutan tidak mempersiapkan penguasaan bahan/
materi pelajaran yang memadai dengan berbagai alasan. Mereka menyontek
pekerjaan temannya yang dianggap lebih pintar atau mengerjakan soal
dengan jawaban yang dilihatnya dari catatan yang sudah dipersiapkan.
Catatan ini bisa berupa apa saja, buku-buku, atau catatan kecil lainnya.
Anak
sekolah/mahasiswa yang menyontek biasanya menempati posisi yang “aman”
dari pengawas ujian. Biasanya di barisan belakang, atau yang terhalang
oleh pengawas. Makanya, ada juga istilah yang cukup beken “posisi menentukan prestasi”.
Penyebab Menyontek
Banyak hal yang menyebabkan seseorang menyontek. Ini di antaranya:
1. Ingin berhasil tanpa usaha yang melelahkan.
Seseorang harus
memahami, bahkan harus hafal bahan-bahan pelajaran yang akan diujikan.
Seorang pemalas biasanya ada saja alasan untuk tidak belajar atau
membaca buku-buku yang dijadikan rujukan pembuatan soal ujian. Mestinya,
berbekal kajian-kajian psikologi memungkinkan seseorang dapat memahami
bahan ajar dengan mudah. Belajar yang menyenangkan mestinya juga
memungkinkan siswa dapat belajar dengan enjoy mencerna semua informasi dan langsung melekat pada ingatannya.
2. Ingin membahagiakan pihak lain.
Katakanlah, siswa
yang menginginkan pihak lain atau orang tuanya tersenyum bahagia melihat
anaknya berprestasi dengan digambarkan pada perolehan angka-angka yang
fantastis dalam nilai rapornya. Karena kurang persiapan, malas, atau
alasan lainnya, ia memakai cara-cara yang tidak sah yakni
dengan menyontek. Ia tak memedulikan cara ini sesuai dengan norma-norma
yang ada atau tidak ada. Baginya, yang terpenting adalah bisa menjawab
soal-soal ujian dengan mudah karena melihat sontekan dan nilainya bagus.
Titik. Padahal, kebahagian sejati para orang tua dapat dipastikan
adalah perolehan nilai ujian anaknya tinggi, memuaskan, dan diraih
dengan cara-cara elegan dan bermartabat.
3. Malu jika tidak disebut berprestasi.
Mengapa harus malu
ketika tidak berprestasi? Sesungguhnya prestasi itu bukan sesuatu yang
bisa didapat dalam sekejap melalui kata-kata magic bim sala bim, tetapi harus diperjuangkan melalui ketekunan.
Tubagus Wahyudi, pakar hipnotis dan public speaking terkenal, pernah mengemukakan bahwa salah satu cara untuk menguasai sensorik power
adalah dengan tetap melakukan ketekunan. Ketekunan dalam bidang ilmu,
hobi, penelitian, dll akan membuat dan mengantarkan seseorang menjadi
pakar pada bidang tertentu tersebut. Bahkan, hobi yang ditekuni dapat
menjadi sumber penghasilan dan sandaran hidup.
Jadi, agar
berprestasi ya janganlah menyontek. Tetapi, jalankanlah ketekunan dengan
tetap membaca buku, baik sebelum maupun setelah bahan ajar itu
dipresentasikan oleh guru atau dosen.
4. Bahan yang diujikan tidak menarik.
Mengapa tidak
menarik? Kalau dibandingkan dengan pepatah “tidak ada orang yang bodoh
di dunia ini melainkan malas”, maka sebenarnya tidak ada ujian yang
tidak menarik. Yang ada adalah seseorang yang tidak bisa menyikapi
sesuatu dengan pandangan yang berbeda dari biasanya.
Agar lebih bijak,
cobalah untuk tidak memblok pikiran kita tentang suatu pelajaran:
Matematika itu sulit! Fisika dan Kimia apalagi! Hal ini sangat
berpengaruh besar terhadap kesiapan mental kita dalam menghadapi ujian.
Agar menarik, bisa
juga minta bantuan teman atau kakak kelas yang pandai di mata pelajaran
tersebut. Bisa juga dengan membentuk kelompok belajar, kemudian membuat
kuis cerdas cermat antar individu!
Ada banyak cara agar membuat pelajaran yang diujikan menjadi menarik, Sob... cobalah berkreativitas!
5. Sistem pengawasan ujian yang longgar.
Pengawasan yang longgar dapat
memunculkan ide bagi para pecundang untuk menyontek. Sedangkan
pengawasan ujian yang ekstra ketat juga memungkinkan peserta menjadi
lebih stres menghadapi soal-soal ujian. Tentu saja yang terbaik adalah
yang pertengahan, tidak longgar dan tidak ketat pula.
Menyontek dan Kasus Ujian Nasioanl
Kalau diperhatikan
sejak Ujian Nasional sebagai faktor penentu kelulusan seorang siswa dari
sekolah yang ditetapkan oleh pemerintah, terjadi banyak kasus yang mana
guru menjadi “tim sukses”. Mereka seabagai pengawas ujian, bukannya
mengawasi jalannya ujian agar berjalan tertib dan aman, tetapi malahan
memberikan jawaban kepada para peserta. Antar pengawas terjadi pemahaman
TST (tahu sama tahu).
Mengapa itu
dilakukan? Banyak pihak beralasan; agar siswanya lulus ujian, karena
kalau tidak dibantu akan banyak yang tidak lulus. Akibatnya, reputasi
sekolahnya pun bisa hancur. Lebih-lebih sekolah swasta yang kualitasnya
biasa saja (standar) yang mana mati hidupnya sangat bergantung pada
penerimaan jumlah siswanya.
Dalam kasus ini
sebenarnya seperti melihat lingkaran setan. Karena, banyak pihak
menyatakan guru ditekan oleh kepala sekolah. Sedangkan kepala sekolah
mengaku ditekan oleh ketua yayasan atau atasan langsungnya, seperti
kepala dinas pendidikan atau kepala kantor cabang departemen yang ada di
kabupaten yang menangani pendidikan. Dalam kasus ini, menyontek justru
terjadi secara masif, masal, dan bahkan semi legal, karena justru
disponsori oleh para pengawas itu sendiri.
Janganlah
menyalahkan siswa karena siswa datang ke sekolah adalah untuk belajar.
Belajar yang menurut KKBI adalah “proses perubahan tingkah laku, baik
kognitif, afektif, maupun psikomotorik.”
Dan, janganlah pula
menyalahkan soalnya yang terlalu tinggi. Dalam sebuah kesempatan pejabat
Pusat Kurikulum Departemen Pendidikan Nasional pernah menyakatan bahwa
soal matematika SD kelas 6 di Indonesia adalah yang paling mudah
se-ASEAN. Bagaimana jika dibandingkan dengan kawasan lain? Bagaimana
bila dibandingkan se-Asia? Se-dunia? Wajarlah demikian, sehingga
sampai-sampai Human Development Index (HDI) Indonesia
merupakan yang paling rendah. Bahkan, katanya berada pada titik nadir,
yaitu lebih rendah daripada Vietnam, negara yang belum terlalu lama
bangkit dari sisa-sisa reruntuhan perang bersenjata melawan hegemoni
Amerika Serikat (AS).
Akibat Menyontek
Bagi yang menyontek
ketahuan oleh pengawas dapat dipastikan bagaimana kisah selanjutnya.
Bisa dikeluarkan dari ruang ujian dan menanggung malu, dan bahkan lebih
fatal lagi adalah adalah didiskualifikasi dan dinyatakan tidak lulus
ujian.
Hal ini pernah
terjadi pada siswa di sebuah SLTA favorit di Jakarta Timur. Ia adalah
siswa yang pintar dan rajin. Ia dikeluarkan dari ruang ujian bahkan
tidak diluluskan bukan karena ia menyontek. Tetapi, yang ia lakukan
adalah memberi sontekan pada yang lainnya. Bahkan, mestinya guru sebagai
pengawas yang memberikan sontekan pada siswanya mestinya
jugadikeluarkan dari jabatan atau profesinya, karena ia kontraproduktif
dengan usaha-usaha sebelumnya, yaitu menanamkan banyak nilai dan norma
bahwa siswa harus memegang kejujuran sekalipun langit akan runtuh.
Akibat lebih jauh
ketika seseorang sudah lulus dari lembaga pendidikan maka ia tidak bisa
menghadapi persoalan kehidupannya. Mengapa banyak produk sekolah yang
menganggur? Jangan-jangan, itu karena penanaman nilai di sekolah
mengalami kegagalan.
10 TIPS BANGKIT DARI KEGAGALAN
27 Feb 2012 | Rubrik: motivasi - Dibaca: 892 kali
Sobat Nida, setiap manusia pasti pernah merasakan kegagalan, kekecewaan, kemunduran, dan sejenisnya, hayyo jujur... siapa yang seumur hidup belum pernah merasakan apa yang dinamakan gagal, mundur, futur?
Nah, sesungguhnya salah satu perbedaan antara pemenang dan pecundang ada pada sikap dalam merespon kegagalan. Seorang pemenang bukanlah orang yang tidak pernah merasakan kegagalan, namun mereka mampu bangkit dari kegagalan yang dialaminya sekaligus menjadikan peristiwa kegagalan itu sebagai sebuah pelajaran yang berharga. Mereka mampu mengatasi tekanan berat dari peristiwa kegagalannya tersebut.
Sedangkan pecundang melakukan hal sebaliknya, mereka menjadikan kegagalan sebagai kambing hitam alias alasan untuk tidak meneruskan perjuangannya. Aha! Beda sikap banget kan Sob?
Hampir semua orang sukses pernah mengalami kegagalan. Memang sih... mengalami kegagalan itu sangat tidak menyenangkan. Namun di balik kegagalan tersimpan pelajaran yang sangat berharga. Jika seorang mampu mengatasi kegagalan dan bangkit dari kegagalan tersebut, pintu kesuksesan akan semakin terbuka lebar, pola pikir kita pun akan semakin maju dan dewasa dalam menghadapi setiap persoalan.
Makanya, berikut beberapa tips untuk bangkit dari kegagalan, moga bermanfaat:
1. Terima Kenyataan
Tidak banyak orang yang mau mengakui dirinya gagal , makanya banyak yang tidak bisa bangkit dan terus membohongi diriya sendiri. Tidak perlu mencari kambing hitam untuk disalahkan sebagai penyebab kegagalan. Kita sendirilah yang bertanggungjawab atas setiap kegagalan yang terjadi. Menyalahkan situasi atau orang lain hanyalah usaha untuk melarikan diri dari kenyataan. Dengan menerima kenyataan, kita dapat menyusun ulang rencana-rencana baru. Kita harus menyadari bahwa kegagalan adalah bagian dari proses. Dengan menerima kenyataan, masukkan dan saran dari luar dapat kita terima dengan pikiran yang lebih terbuka
2. Kembali ke titik nol
Titik nol adalah saat di mana semangat kita sedang besar-besarnya. Saat itu, begitu banyak ide di kepala kita. Daripada hanya diam meratapi kerugian yang kita derita, lebih baik bawa pikiran dan semangat kita seperti awal mula kita hendak melangkah. Pikirkan kembali hari-hari yang membuat kita bersemangat dan tidak sekedar menunggu untuk segera memulai. Hal ini akan merangsang kita untuk bergerak kembali!
3. Mengintip keberhasilan
Bayangkan hasil akhir jika rencana kita benar-benar dijalankan, dan kita telah meraih kesuksesan. Bayangkan pula berapa banyak orang yang ikut tertolong dengan kesuksesan yang kita capai. Simpan hal tersebut di dalam pikiran kita. Visualisasi seperti ini baik untuk mensugesti diri kita agar tidak putus untuk berusaha, tidak mudah menyerah karena keberhasilan yang akan kita raih bukan untuk diri kita sendiri, lebih luas lagi ada orang-orang yang ikut menikmatinya.
4. Selalu merasa beruntung
Terkadang kita merasa menjadi orang yang paling terpuruk karena gagal melakukan sesuatu. Apalagi kita merasa sudah melakukannya dengan segenap kemampuan dan materi yang kita miliki. Buang jauh-jauh perasaan seperti itu! Lalu tengoklah di sekitar kita, orang-orang yang hidupnya tidak seberuntung kita. Mereka terpuruk dan tidak punya kemampuan apa-apa. Kita memang belum mencapai kesuksesan, tapi kita punya modal untuk sukses, yaitu pengalaman, kemampuan, dan kemauan untuk kembali bangkit.
5. Buat daftar kesuksesan
Buat daftar kesuksesan kita sendiri, tidak peduli kesuksesan besar atau kecil. Jangan sekadar mendata kesuksesan besar dalam hidup. Kesuksesan kecil pun dapat membawa pengaruh yang signifikan. Kegagalan adalah bagian dari pencapaian kemajuan atau pertumbuhan. Dari daftar tersebut kita akan mengetahui bahwa kita pun pernah melakukan keberhasilan meskipun kecil, dan di hari esok kita akan buat keberhasilan yang lebih besar lagi.
6. Terima masukan dari orang lain
Diskusikan apa yang membuat kita gagal dan dengarkan pendapat mereka mengenai hal tersebut! Kita tidak pernah tahu dukungan seperti apa yang kita dapatkan: Mulai dari meredakan rasa putus asa, membangkitkan semangat hingga informasi yang bisa didapat.
7. Menulis jurnal
Jarnie Pennebaker, psikolog dari University of Texas menjelaskan bahwa mencatat kegiatan bisa menunjukkan letak kegagalan kita. Bisa juga membantu menghilangkan rasa kecewa dan stress yang berlangsung. Dengan menuliskan jurnal pribadi, kita juga bisa diingatkan kembali atas kesalahan apa saja yang telah dilakukan di masa lalu dan belajar untuk tidak mengulanginya.
8. Mencari hal baru
Jika kita tidak lagi bersemangat melakukan sesuatu, berhentilah! Lisa Manterfield mengungkapkan bahwa manusia berubah-ubah. Hasrat terhadap pekerjaan seringkali berubah. Luangkan waktu untuk memikirkan langkah dan pastikan kita menyukai apa yang sedang dikerjakan meskipun penghasilannya tidak seberapa. Terkadang kebahagiaan dan rasa nyaman membuahkan hasil kerja yang lebih maksimal.
9. Alihkan kesedihan dengan melakukan hal yang positif
Cobalah alihkan kesedihan, kekecewaan, dan rasa sakit hati dengan
menyibukkan diri melakukan hal-hal yang positif meskipun sederhana.
Misalnya menyapu halaman rumah, menyiram tanaman di kebun, membaca
buku-buku yang menarik, dan lain sebagainya.
Lakukan juga sesuatu yang berharga untuk orang lain. Bantulah orang
lain. Layanilah orang lain. Kemudian lihatlah bagaimana kita bisa
bermanfaat dan dapat menolong orang lain. Setelah itu berpikir dan
merenunglah sejenak betapa kita mampu memberikan banyak manfaat dan
dapat menolong banyak orang, sekarang waktunya kita menolong DIRI
SENDIRI dari keterpurukan!
10. Yakinkan diri bahwa Kegagalan bukanlah alasan untuk berhenti
Adakah bayi yang langsung bisa berjalan dengan normal? Setiap bayi
pernah merasakan jatuh ketika belajar berjalan. Yang membuat bayi pada
akhirnya bisa berjalan normal adalah kegigihannya untuk tidak pernah
berhenti mencoba berjalan kendati pun seringkali tersungkur. Jadikanlah
diri kita layaknya seorang bayi yang baru belajar berjalan, jatuh/ gagal
adalah proses pembelajaran sampai kita benar-benar berhasil. Yang
terpenting bukan berapa kali kita jatuh melainkan seberapa kuat mental
kita untuk kemudian bangkit kembali setelah kejatuhan tersebut.
Sobat Nida, optimis dan bersemangatlah dalam menyambut tiap hari yang
datang. Kegagalan dan keterpurukan hanyalah masa lalu jika kita tidak
melulu mempermasalahkannya! Ada hari cerah yang menanti kita, namun
sayangnya hari cerah itu tidak mungkin kita temui jika kita memutuskan
untuk berhenti berjalan, berhenti berusaha, berhenti tersenyum, dan
berhenti berharap.
Sumber: mix dari http://id.shvoong.com dan MediaBangsa.com
Hasil Riset: Muslim Inggris Paling Religius Ketimbang Umat Agama Lain
21 Feb 2012 | Rubrik: Dunia Islam - Dibaca: 406 kali3 0diggsdigg email print

dakwatuna.com – Cardiff. Muslim Inggris dinilai lebih aktif mempraktekkan kepercayaan dan mendidik anak-anak mereka sesuai dengan keyakinannya ketimbang umat agama lain. Demikian hasil kesimpulan riset Universitas Cardiff, Kamis (16/2).
Riset itu menyebutkan, 77 persen dari Muslim Inggris secara aktif mempraktekkan kepercayaan mereka. Sementara penganut Kristen hanya 29 persen dan umat agama lain hanya 65 persen.
Dalam riset itu juga diketahui bahwa 98 persen dari anak-anak Muslim diberikan pendidikan agama sejak dini. Sementara hanya 62 persen anak-anak Kristen dan 89 persen dari agama lain yang melakukan hal serupa.
“Melihat dari fakta riset, semakin memperkuat teori bahwa bagi kalangan minoritas agama merupakan sumber daya penting dalam memperkuat kekhasan suatu budaya,” demikian kesimpulan lain riset tersebut.
Sebelumnya, studi ini menganalisa hasil survei kependudukan tahun 2003 silam. Sebanyak 13.988 dewasa dan 1.278 remaja berusia 11-15 tahun ambil bagian dalam riset tersebut.
Para peneliti sempat terkejut dengan meningkatnya peranan agama dalam kehidupan minoritas, termasuk Muslim Inggris. “Anak-anak Muslim cenderung menjalani kehidupan yang sibuk, menghadiri pendidikan agama di luar sekolah sebanyak tiga kali setiap minggu. Ini bentuk komitmen lain yang mereka miliki,” ungkap salah seorang peneliti, Jonathan Scourfield.
Ia mengatakan anak-anak Muslim juga terbiasa belajar membaca Alquran dalam bahasa Arab. Mereka juga belajar tentang kepercayaan yang dianut orang tua dan anggota keluarga lainnya.
“Karenanya, kami berpikir, agama memiliki peranan penting dalam masyarakat minoritas dalam menjaga keterikatan antar keluarga dari etnis yang sama,” pungkasnya.
Kalau seandainya di Indonesia dilakukan riset serupa, kira-kira umat muslim Indonesia sama nggak ya hasilnya dengan mereka (muslim Inggris)? Ayooo, Sobat Nida jangan mau kalah, yaaa ^__^
Sumber: http://www.dakwatuna.com
Selasa, 6 Maret 2012
10 Ikan Purba yang Belum Punah
Berikut dibawah ini saya akan berbagi sedikit info mengenai beberapa ikan-ikan purba yang mampu hidup sampai saat ini dan beberapa spesies sudah terancam punah.1. Coelacanth
Ikan ini hidup di bumi sejak era Devonia sekitar 380 juta tahun silam dan tidak berevolusi. Ini lebih tua dari dinosaurus (200 juta tahun silam).Seharusnya ikan ini telah punah pada periode Cretaceous, bersama dengan Dinosaurus, tetapi pada tahun 1938, spesimen hidup tertangkap di Afrika Selatan. Sejak itu, spesimen ini banyak kita lihat difoto-foto, dan spesies Coelacanth kedua bahkan ditemukan di Indonesia pada tahun 1999. Mereka ini hidup pada kedalaman 150-200 meter pada suhu 12-18 derajat celsius di relung-relung goa batuan lava. Coelacanth ditempatkan sejajar dengan jenis ikan yang bernapas dengan paru-paru (lungfish) dan amfibi primitif pada pohon family ikan-ikan bertulang. Telur coelacanth menetas di dalam perut, tetapi bukan tergolong mamalia laut.Ikan ini termasuk predator,yang ukurannya bisa mencapai 2 meter, mereka memakan ikan yang lebih kecil, termasuk juga hiu kecil.
2. Polypterus Senegalus

Polypterus senegalus Cuvier juga dipanggil ikan Palmas,ia merupakan ikan yang tergolong dalam Family Polypteridae (Bichir), yang artinya ikan bersirip banyak. Ikan Ikan ini termasuk ikan primitif dan sering disebut sebagai "snake like fish" (ikan mirip ular).Palmas, merupakan salah satu jenis ikan purba/jurasic fish. Penyebarannya di Afrika Barat.Palmas adalah ikan pemangsa (predator). Ikan ini mempunyai kemampuan untuk mengambil udara dengan alat yang telah termodifikasi sedemikan rupa menyerupai paru-paru, disamping itu ia mampu untuk merayap diatas tanah dengan menggunakan sirip dadanya yang kuat.Panjang rata-rata ikan Palmas adalah 30 cm. Sebagai carnivora, makanan utama Palmas berupa ikan kecil, atau udang.
3. Alligator Gars
Gars adalah salah satu dari ikan tertua yang hidup sampai saat ini, jika ditelusuri kembali ke masa Cretaceous, jenis ikan predator ini memiliki sisik yang tebal, ditemukan di Amerika selatan, utara dan timur Meksiko, menjadi ikan air tawar terbesar di Amerika Utara (meskipun kadang-kadang mengembara ke laut). Dapat berkembang biak hingga 4 meter panjangnya dan memiliki berat sampai 200 kg. Alligator Gar yang disebut demikian karena penampilan mereka mirip reptil buaya dan rahang yang panjang, memiliki 2 sisi gigi yang tajam. Alligator Gar adalah predator yang rakus dan telah dikenal berbahaya untuk manusia, meskipun belum dikonfirmasi kematian karena Alligator Gar sampai saat ini. Gar adalah salah satu dari ikan tertua yang hidup sampai sekarang.
4. Saw Fish
Lebih dikenal dengan sebutan hiu gergaji,ikan ini diduga juga berasal dari periode Cretaceous dan dapat ditemukan baik di laut, sungai atau anak sungai,di dalam laut ditemukan pada kedalaman 1.000 m. Memiliki panjang hingga 7 meter.Mereka senang memangsa ikan-ikan berukuran sedang atau yang berbadan lebih kecil. Mulutnya yang diselimuti gerigi tajam cukup ampuh untuk melumpuhkan mangsanya dalam sekejap mata. Padahal menurut beberapa ahli, pandangan mata hiu gergaji tidak terlalu baik, bahkan cenderung buram. Mereka lebih mengandalkan daya penciumannya yang lumayan tajam. Tubuhnya tergolong ramping dibandingkan dengan hiu sejenis. Ini menyebabkan mereka bisa berenang dengan kecepatan di atas rata-rata dan dengan mudah melesat mengejar mangsa. Tubuh hiu jenis ini berwarna hitam keabu-abuan. Bagian bawah tubuhnya berwarna lebih pucat atau keputih-putihan. Warna tubuhnya cukup beragam, tergantung di mana habitat mereka.
5. Arapaima Gigas
Merupakan kerabat dekat Arwana, Arapaima ditemukan di sungai Amazon g dianggap sebagai ikan air tawar terbesar di dunia. Menurut deskripsi awal, bisa berkembang sampai dengan 4,5 meter, tetapi saat ini, ikan besar seperti ini jarang ditemukan dan Arapaima dewasa rata-rata memiliki panjang 2 meter.Di tempat asalnya Amazon,Araipama dijadikan sebagai konsumsi oleh penduduk setempat hingga akhirnya pemerintah dunia melindungi keberadaan ikan ini.Kulit dari ikan ini sangat kasar,sehingga dapat digunakan oleh penduduk sebagai amplas kayu. Pada saat air di lingkungan ikan ini menyusut,dan kadar oksigen menurun maka ikan ini akan muncul ke permukaan untuk menghirup oksigen.Da apabila air dilingkungannya mengering,ikan ini akan menggulung tubuhnya menjadi seperti bola kemudian membenamkan diri di dalam lubang hingga air kembali datang.
6. Sturgeon
Ikan Sturgeon ini sudah ada pada zaman awal Jurassic (1 juta tahun yang lalu SM), Sturgeon menarik para peneliti untuk menyelidikinya.Alasannya karena ikan ini menghasilkan telur yang dinamai Caviar yang sangat mahal harganya yaitu US$ 5.000 atau Rp50 juta/kg. Ikan Sturgeon hidup di air laut, namun ketika masa bertelur tiba, mereka pindah ke hulu sungai. Dengan berat yang mampu mencapai bobot 800 kilogram, ikan ini dapat menghasilkan 60-80 kilogram telur. Di samping itu karena peminatnya bertambah banyak, maka penangkapan ikan Sturgeon semakin intensif ditambah dengan lingkungan habitatnya tambah rusak, mengakibatkan populasi ikan Sturgeon menurun. Spesies sturgeon terbesar dapat berkembang biak hingga memiliki panjang tubuh sampai dengan 6 meter.
7. Frilled Shark
Salah satu ikan predator laut bagian dalam, masih termasuk jenis hiu paling primitif yang hidup sampai saat ini, di duga hidup dari periode Cretaceous.Ditemukan pertama kali di perairan Jepang pada tanggal 21 Januari,di dekat Awashima Marine Park.Hiu berjumbai ini dapat berkembang hingga 2 meter (dengan tubuh betina yang lebih besar dari jantan).Hewan ini hidup pada kedalaman 50–200 m namun pernah ditangkap pada kedalaman 1,570 m.Hiu berjumbai diperkirakan menangkap mangsanya dengan menekuk tubuhnya lalu menerjang seperti ular. Rahang yang panjang dan fleksibel memudahkannya untuk menelan mangsa besar secara keseluruhan, sedangkan barisan gigi kecil yang seperti jarum mencegah mangsa kabur. Biasanya makhluk ini makan Cephalopoda(Moluska),beberapa jenis ikan termasuk hiu juga dan cumi-cumi.
8. Arwana
Arwana Merupakan kelompok Osteoglossids, ikan ini sudah ada pada periode Jurassic. mereka dapat ditemukan di Amazon, dan di beberapa bagian Afrika, Asia dan Australia. Kadang-kadang disimpan sebagai hewan peliharaan yang sangat memberi kesan eksotis.Arwana adalah ikan yang memakan binatang kecil dan cacing yang mereka bisa dapatkan, termasuk burung dan kelelawar yang mereka tangkap saat terbang, Arwana juga dapat melompat hingga 2 meter Ke udara . Di Cina, Arwana dikenal sebagai “ikan-naga” karena penampilan mereka, dan mereka dianggap pertanda nasib baik.
9. Lancetfish

Lancetfish memiliki penampilan yang sangat purba, dengan gigi yang tampak sengit dan tajam pada rahang serta layar di punggugnya. Panjang Lancetfish Sampai dua meter, predator ini ditemukan di semua samudra kecuali untuk daerah kutub, Lancetfish memakan ikan kecil dan cumi-cumi, dan Lancetfish juga memakan
ikan-ikan besar.
10. Hagfish
Menurut catatan, hagfish telah ada selama lebih dari 300 juta tahun. Ditemukan di perairan yang relatif dalam, binatang ini kadang-kadang disebut lendir belut, tetapi mereka sebenarnya bukan belut, dan sebenarnya mereka bahkan tidak mirip ikan sama sekali. Menurut beberapa ilmuwan, mereka adalah hewan yang sangat aneh dalam semua hal, mereka memiliki tengkorak tetapi tidak memiliki tulang belakang, dan mereka memiliki dua otak. Hampir buta, mereka makan di malam hari mereka memakan bangkai hewan besar (ikan, paus dll) yang jatuh ke dasar laut.
Senin, 05 Maret 2012
Keunikan Mata Uang Rupiah
7 Fakta unik mata uang Rupiah
Posted by Fajri Romanisti on 15:41
,1.pada uang 50.000 terdapat lagu indonesia raya

Lihat lagi detailnya….

2.terdapat smile pada kancing kapitan Pattimura pada uang 1000
3.indonesia pernah membuat rp.100.000 logam
4.indonesia pernah membuat Koin dengan nominal Rp850.000,00 (kalau hilang , kaya apa ya)

5.indonesia pernah membuat Koin dengan nominal Rp150.000,00 Penerbitan Khusus (1999)

6.indonesia pernah membuat Koin dengan nominal Rp300.000,00 Penerbitan Khusus (1995)

7.indonesia pernah membuat Koin dengan nominal Rp200.000,00


5.indonesia pernah membuat Koin dengan nominal Rp150.000,00 Penerbitan Khusus (1999)

6.indonesia pernah membuat Koin dengan nominal Rp300.000,00 Penerbitan Khusus (1995)

7.indonesia pernah membuat Koin dengan nominal Rp200.000,00

http://sibukforever.blogspot.com/2011/02/7-fakta-unik-tentang-uang-di-indonesia.html
Minggu, 04 Maret 2012
IRMANUR: Kisah Islami
The Muslim Generation
The Muslim Generation
Kisah Islami
Sunday, September 17, 2006
Ore : 7:03 PM
Ore : 7:03 PM

Kisah Sedih Si Gadis Miskin
Sudah
menjadi kehendak Allah memberinya cobaan berupa penyakit kronis yang
bersarang dan sudah bertahun-tahun ia rasakan. Ini adalah cerita kisah
seorang gadis yang bernama Muha. Kisah ini diriwayatkan oleh zaman,
diiringi dengan tangisan burung dan ratapan ranting pepohonan.Muha adalah seorang gadis remaja yang cantik. Sebagaimana yang telah kami katakan, sejak kecil ia sudah mengidap penyakit yang kronis. Sejak usia kanak-kanak ia ingin bergembira, bermain, bercanda dan bersiul seperti burung sebagaimana anak-anak yang seusianya. Bukankah ia juga berhak merasakannya?
Sejak penyakit itu menyerangnya, ia tidak dapat menjalankan kehidupan dengan normal seperti orang lain, walaupun ia tetap berada dalam pengawasan dokter dan bergantung dengan obat.
Muha tumbuh besar seiring dengan penyakit yang dideritanya. Ia menjadi seorang remaja yang cantik dan mempunyai akhlak mulia serta taat beragama. Meski dalam kondisi sakit namun ia tetap berusaha untuk mendapatkan ilmu dan pelajaran dari mata air ilmu yang tak pernah habis. Walau terkadang bahkan sering penyakit kronisnya kambuh yang memaksanya berbaring di tempat tidur selama berhari-hari.
Selang beberapa waktu atas kehendak Allah seorang pemuda tampan datang meminang, walaupun ia sudah mendengar mengenai penyakitnya yang kronis itu. Namun semua itu sedikit pun tidak mengurangi kecantikan, agama dan akhlaknya...kecuali kesehatan, meskipun kesehatan adalah satu hal yang sangat penting. Tetapi mengapa?
Bukankah ia juga berhak untuk menikah dan melahirkan anak-anak yang akan mengisi dan menyemarakkan kehidupannya sebagaimana layaknya wanita lain?
Demikianlah hari berganti hari bulan berganti bulan si pemuda memberikan bantuan materi agar si gadis meneruskan pengobatannya di salah satu rumah sakit terbaik di dunia. Terlebih lagi dorongan moril yang selalu ia berikan.
Hari berganti dengan cepat, tibalah saatnya persiapan pesta pernikahan dan untuk mengarungi bahtera rumah tangga.
Beberapa hari sebelum pesta pernikahan, calonnya pergi untuk menanyakan pengerjaan gaun pengantin yang masih berada di tempat si penjahit. Gaun tersebut masih tergantung di depan toko penjahit. Gaun tersebut mengandung makna kecantikan dan kelembutan. Tiada seorang pun yang tahu bagaimana perasaan Muha bila melihat gaun tersebut.
Pastilah hatinya berkepak bagaikan burung yang mengepakkan sayap putihnya mendekap langit dan memeluk ufuk nan luas. Ia pasti sangat bahagia bukan karena gaun itu, tetapi karena beberapa hari lagi ia akan memasuki hari yang terindah di dalam kehidupannya. Ia akan merasa ada ketenangan jiwa, kehidupan mulai tertawa untuknya dan ia melihat adanya kecerahan dalam kehidupan.
Bila gaun yang indah itu dipakai Muha, pasti akan membuat penampilannya laksana putri salju yang cantik jelita. Kecantikannya yang alami menjadikan diri semakin elok, anggun dan menawan.
Walau gaun tersebut terlihat indah, namun masih di perlukan sedikit perbaikan. Oleh karena itu gaun itu masih ditinggal di tempat si penjahit. Sang calon berniat akan mengambilnya besok. Si penjahit meminta keringanan dan berjanji akan menyelesaikannya tiga hari lagi. Tiga hari berlalu begitu cepat dan tibalah saatnya hari pernikahan, hari yang di nanti-nanti. Hari itu Muha bangun lebih cepat dan sebenarnya malam itu ia tidak tidur. Kegembiraan membuat matanya tak terpejam. Yaitu saat malam pengantin bersama seorang pemuda yang terbaik akhlaknya.
Si pemuda menelepon calon pengantinnya, Muha memberitahukan bahwa setengah jam lagi ia akan pergi ke tempat penjahit untuk mengambil gaun tersebut agar ia dapat mencobanya dan lebih meyakinkan bahwa gaun itu pantas untuknya. Pemuda itu pergi ke tempat penjahit dan mengemudikan mobilnya dengan kecepatan tinggi terdorong perasaan bahagia dan gembira akan acara tersebut yang merupakan peristiwa terpenting dan paling berharga bagi dirinya, demikian juga halnya bagi diri Muha.
Karena meluncur dengan kecepatan tinggi, mobil tersebut keluar dari badan jalan dan terbalik berkali-kali. Setelah itu mobil ambulans datang dan melarikannya ke rumah sakit. Namun kehendak Allah berada di atas segalanya, beberapa saat kemudian si pemuda pun meninggal dunia. Sementara telepon si penjahit berdering menanyakan tentang pemuda itu. Si penjahit mengabarkan bahwa sampai sekarang ia belum juga sampai ke rumah padahal sudah sangat terlambat.
Akhirnyai penjahit itu tiba di rumah calon pengantin wanita. Sekali pun begitu, pihak keluarga tidak mempermasalahkan sebab keterlambatannya membawa gaun itu. Mereka malah memintanya agar memberitahu si pemuda bahwa sakit Muha tiba-tiba kambuh dan sekarang sedang dilarikan ke rumah sakit. Kali ini sakitnya tidak memberi Muha banyak kesempatan. Tadinya sakit tersebut seakan masih berbelas kasih kepadanya, tidak ingin Muha merasa sakit. Sekarang rasa sakit itu benar-benar membuat derita dan kesengsaraan yang melebihi penderitaan yang ia rasakan sepanjang hidupnya yang pendek.
Beberapa menit kemudian datang berita kematian si pemuda di rumah sakit dan setelah itu datang pula berita meninggalnya sang calon pengantinnya, Muha.
Demikian kesedihan yang menimpa dua remaja, bunga-bunga telah layu dan mati, burung-burung berkicau sedih dan duka terhadap mereka. Malam yang diangan-angankan akan menjadi paling indah dan berkesan itu, berubah menjadi malam kesedihan dan ratapan, malam pupusnya kegembiraan.
Kini gaun pengantin itu masih tergantung di depan toko penjahit. Tiada yang memakai dan selamanya tidak akan ada yang memakainya. Seakan gaun itu bercerita tentang kisah sedih Muha. Setiap yang melihatnya pasti akan bertanya-tanya, siapa pemiliknya.?
(SUMBER: Serial Kisah Teladan, Muhammad bin Shalih al-Qahthani, seperti dinukilnya dari Mausu’ah al-Qishshash al-Waqi’iyyah dengan perubahan semestinya, Penerbit DARUL HAQ, telp.021-4701616)
Kebesaran Allah S.W.T makhluk kecil hinnga besar memuji kepada-Nya
Dari sekecil makhluk hingga sebesar makhluk semuanya bertasbih memuji Allah
September 22, 2009
Ahmad Nizam
AlQuran dan sains, Bicaraku
Allah, atom, galaksi, makhluk, matahari, nama Allah, sistem suria, tasbih
19 Komen
3 Votes

Assalaamu’alaikum w.b.t……. Saya sudah
lama menulis tentang perkara ini, tetapi saya tulis dalam Bahasa
Inggeris di blog lain. Saya ingatkan telah menulisnya dalam Bahasa
Melayu, rupa-rupanya belum. Saya cari-cari tidak jumpa. Maka saya cuba
lah tulis kembali tentang semua mahkluk bertasbih memuji Allah S.w.t.
Semoga saudara-saudara agama lain pun mendapat pengajaran darinya
insyaAllah

Allah telah menunjukkan kepada kita semua terlalu banyak bukti tentang kewujudannya termasuklah Nama-nama Allah
pada bermacam makhluk. Kebanyakan bukti tersebut hanya dapat dilihat
dengan menggunakan akal yang dianugerahkan terhadap ciptaanNya yang
terbaik iaitu manusia.
Dari alam mikro hinggalah ke alam makro,
daripada sekecil-sekecil makhluk iaitu ATOM, hingga sebesar-besar
makhluk seperti matahari dan bintang-bintang lain yang lebih besar
seperti Sirius, Pollux, Arturus, Rigel, Aldebaran, Betelgeuse, Antares
dan sebagainya, semuanya membuktikan kewujudan Allah dan bertasbih
memujiNya.
“Segala yang ada di langit dan di bumi tetap mengucap tasbih kepada Allah; dan Dia lah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.” Surah Al Hadid : Ayat 1

Konsep ATOM, di mana Elektron
mengelilingi Neukleus (Proton dan Neutron) adalah sama dengan konsep
planet-planet mengelilingi matahari dalam sistem suria (Solar System)
kita, begitu juga dengan sistem suria kita pula beredar mengelilingi
Galaksi Bima Sakti (Milky Way Galaxy) dan begitulah seterusnya. Sungguh
amat luas alam semesta ini, tiada siapa yang dapat menjangkaunya
melainkan Allah S.w.t.
Bagaimana semua itu dapat beredar di
dalam paksi dengan elok sekali, tanpa lari dari garisan orbitnya dan
melencong ke arah lain? Sudah tentu lah ada yang mengawalnya.
Konsep ATOM, planet-planet dan sistem
suria tadi sama lah konsepnya dengan umat Islam tawaf di Kaabah di Kota
Mekah Al Mukarramah. Umat Islam tawaf mengelilingi Kaabah sambil
memuji-muji Allah , maka begitu juga lah Atom, planet-planet dan sistem
suria tadi, semuanya beredar di atas paksi (tawaf) sambil memuji-muji
Allah. Dan ketahuilah, tiada tempat di dunia ini yang selama 24 jam
sehari dipenuhi orang tawaf tanpa henti bergilir-gilir begitu,
SubhanAllah. Begitu juga jika dilihat pada suatu AZAN yang dilaungkan
apabila masuk waktu solat, ianya sentiasa berkesinambungan tanpa henti
dari satu tempat ke satu tempat di seluruh dunia ini mengikut
waktu-waktunya. Dengan kata lain, AZAN itu diibaratkan bunyi
membesarkan Allah yang tawaf mengelilingi Bumi tanpa henti, masyaAllah.

Maka sekaligus sains sendiri telah
membuktikan kebenaran ayat-ayat dalam AlQuran tersebut. Sesungguhnya
segala makhluk di dunia ini bertasbih memuji Allah, hanya kita sahaja
yang tidak tahu bahasa mereka. Dan yang lagi sedihnya, hanya MANUSIA
sahaja yang ramai tidak suka malah langsung tidak memuji Allah,
terutamanya orang-orang yang tidak beriman.
“Langit yang tujuh dan bumi serta
sekalian makhluk yang ada padanya, sentiasa mengucap tasbih bagi Allah;
dan tiada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memujiNya; akan tetapi
kamu tidak faham akan tasbih mereka. Sesungguhnya Ia adalah Maha
Penyabar, lagi Maha Pengampun.” Surah Al Israa’ : Ayat 44

Kaabah letaknya bersetentangan / selari dengan masjid para malaikat di langit iaitu Baitul Ma’mur
dan bersetentangan dengan Arasy Allah di langit ke tujuh. Maka umat
Islam bukan mengelilingi Kaabah kerana menyembah Kaabah , tetapi
penyatuan segala HATI menuju ALLAH. Mengadap ke arah Kaabah hanya lah
mengadap kiblat, yang mana kiblat itu secara terus menuju kepada Allah
S.w.t.
Walaubagaimana pun manusia sendiri tidak
sedar betapa tubuh mereka sendiri sebenarnya BERTASBIH memuji Allah.
Kerana apa? Kerana setiap makhluk termasuk manusia terdiri dari susunan
ATOM. Gabungan dari ATOM-ATOM lah yang membentuk pelbagai makhluk
termasuk kita manusia. Bermakna ATOM-ATOM pada tubuh kita sentiasa
bergetaran , tetapi pada ukuran yang sangat halus yang kita tidak nampak
dengan mata kasar.
Elektron sentiasa mengelilingi Nukleus di
dalam ATOM, dan dengan ini lah disabitkan bahawa mereka itu tawaf
sambil memuji-muji Allah S.w.t.

Begitu juga dengan kicauan dan siulan
burung, ombak menghempas pantai, bunyi deruman air terjun, suara-suara
serangga dan sebagainya, tidakkah semua itu menenangkan jiwa jika
mendengarnya? Itulah kerana mereka semua itu sedang berzikir
(zikrullah), bertasbih memuji Allah, kerana itu jika kita mendengarnya
maka jiwa kita pun turut merasa ketenangannya insyaAllah.

“(Iaitu) orang-orang yang beriman
dan tenang tenteram hati mereka dengan zikrullah (ingat Allah)”.
Ketahuilah dengan “zikrullah” itu, tenang tenteramlah hati manusia.” Surah Ar Ra’d : Ayat 28
“Segala yang ada di langit dan di bumi tetap mengucap tasbih kepada Allah; dan Dia lah Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.” Surah Al Hasyr : Ayat 1
“Segala yang ada di langit dan
yang ada di bumi sentiasa mengucap tasbih kepada Allah Yang Menguasai
(sekalian alam), Yang Maha Suci, Yang Maha Kuasa, lagi Maha Bijaksana.” Surah Al Jumu’ah : Ayat 1
“Tidakkah engkau mengetahui
bahawasanya Allah (Yang Maha Esa dan Maha Kuasa), sentiasa bertasbih
kepadaNya sekalian makhluk yang ada di langit dan di bumi serta
burung-burung yang terbang berbaris di angkasa? Masing-masing sedia
mengetahui (menurut keadaan semulajadinya) akan cara mengerjakan
ibadatnya kepada Allah dan memujiNya; dan Allah Maha Mengetahui akan apa
yang mereka lakukan.” Surah An Nuur : Ayat 41
Sehinggakan guruh dan petir juga adalah memuji Allah;
“Dan Dia lah juga yang guruh dan
malaikat bertasbih memujiNya, kerana takut kepadaNya. Dan Dia lah juga
yang menghantarkan petir, lalu Ia mengenakan dengan panahannya kepada
sesiapa yang dikehendakinya Dan mereka yang ingkar itu membantah (serta
mendustakan Rasul) mengenai perkara yang berhubung dengan Allah (dan
kuat kuasaNya) Padahal Ia Amat keras azab seksanya.” Surah Ar Ra’d : Ayat 13
Dan banyak lagi ayat AlQuran yang
menyebut tentang segala makhluk bertasbih memuji Allah. Maka adakah kamu
masih tidak mahu bertasbih memuji Allah dan masih memuji
makhluk-makhluk lain? Bukti telah jelas diberikan sama ada secara
rohani mahupun saintifik, adakah kamu masih ragu-ragu?
“Sesungguhnya yang sebenar-benar
beriman kepada ayat-ayat keterangan Kami hanyalah orang-orang yang
apabila diberi peringatan dan pengajaran dengan ayat-ayat itu, mereka
segera merebahkan diri sambil sujud (menandakan taat patuh), dan
menggerakkan lidah dengan bertasbih serta memuji Tuhan mereka, dan
mereka pula tidak bersikap sombong takbur.” Surah As Sajdah : Ayat 15
Semoga kita kembali mentauhidkan Allah
dengan sebenar-benarnya. Cintai Allah, cintai Rasul, cintai kedua orang
tua, sayangi manusia dan segala makhluk. Peace, love and justice for all

Subhanallah !!!
AlQuran dan asal penciptaan alam semesta
March 4, 2012
by fajri collyrium
2 Votes
Assalaamu’alaikum w.b.t.. Berikut adalah artikel yang bertajuk ‘The Noble Quran on the Origin of the Universe’ dan terjemahan disertakan di bawahnya.
The Noble Quran on the Origin of the Universe
The science of modern cosmology,
observational and theoretical, clearly indicates that, at one point in
time, the whole universe was nothing but a cloud of ‘smoke’ (i.e. an
opaque highly dense and hot gaseous composition). [1] This is one of the
undisputed principles of standard modern cosmology. Scientists now can
observe new stars forming out of the remnants of that ‘smoke’ (see
figures 10 and 11).


The
illuminating stars we see at night were, just as was the whole universe,
in that ‘smoke’ material. God has said in the Quran:
“Then He turned to the heaven when it was smoke…” (Quran, 41:11)
Because the earth and the heavens above (the sun, the moon, stars, planets, galaxies, etc.) have been formed from this same ‘smoke,’ we conclude that the earth and the heavens were one connected entity. Then out of this homogeneous ‘smoke,’ they formed and separated from each other. God has said in the Quran:
“Have not those who disbelieved known that the heavens and the earth were one connected entity, then We separated them?…” (Quran, 21:30)
Dr. Alfred Kroner is one of the world’s renowned geologists. He is Professor of Geology and the Chairman of the Department of Geology at the Institute of Geosciences, Johannes Gutenberg University, Mainz, Germany. He said: “Thinking where Muhammad came from . . . I think it is almost impossible that he could have known about things like the common origin of the universe, because scientists have only found out within the last few years, with very complicated and advanced technological methods, that this is the case.” [2] (To view the RealPlayer video of this comment click here ). Also he said: “Somebody who did not know something about nuclear physics fourteen hundred years ago could not, I think, be in a position to find out from his own mind, for instance, that the earth and the heavens had the same origin.” [3] (View the RealPlayer video of this comment ).
Footnotes:
(1) The First Three Minutes, a Modern View of the Origin of the Universe, Weinberg, pp. 94-105.
(2) The reference for this saying is This is the Truth (video tape). For a copy of this video tape, please contact one of the organizations listed on this page.
(3) This is the Truth (video tape).
Source : http://www.answering-christianity.com
Because the earth and the heavens above (the sun, the moon, stars, planets, galaxies, etc.) have been formed from this same ‘smoke,’ we conclude that the earth and the heavens were one connected entity. Then out of this homogeneous ‘smoke,’ they formed and separated from each other. God has said in the Quran:
“Have not those who disbelieved known that the heavens and the earth were one connected entity, then We separated them?…” (Quran, 21:30)
Dr. Alfred Kroner is one of the world’s renowned geologists. He is Professor of Geology and the Chairman of the Department of Geology at the Institute of Geosciences, Johannes Gutenberg University, Mainz, Germany. He said: “Thinking where Muhammad came from . . . I think it is almost impossible that he could have known about things like the common origin of the universe, because scientists have only found out within the last few years, with very complicated and advanced technological methods, that this is the case.” [2] (To view the RealPlayer video of this comment click here ). Also he said: “Somebody who did not know something about nuclear physics fourteen hundred years ago could not, I think, be in a position to find out from his own mind, for instance, that the earth and the heavens had the same origin.” [3] (View the RealPlayer video of this comment ).
Footnotes:
(1) The First Three Minutes, a Modern View of the Origin of the Universe, Weinberg, pp. 94-105.
(2) The reference for this saying is This is the Truth (video tape). For a copy of this video tape, please contact one of the organizations listed on this page.
(3) This is the Truth (video tape).
Source : http://www.answering-christianity.com
———————————-
Terjemahannya
———————————-
Sains tentang Kosmologi moden ,
pemerhatian dan teori, dengan jelasnya menandakan bahawa pada suatu masa
dahulu, seluruh alam ini tiada melainkan segumpal asap (seperti yang
legap sangat tebal dan komposisi gas panas). [1] Ini adalah satu prinsip
kosmologi moden standard yang tidak boleh dipertikaikan lagi. Para
saintis masa kini boleh memerhatikan pembentukan bintang baru dari
bekas-bekas asap itu. (lihat gambar 10 dan 11).

Gambarajah 10 : Bintang baru terbentuk dari segumpal awan gas dan debu (nebula), yang mana adalah salah satu dari bekas-bekas asap asal yang membentuk alam semesta. (The Space Atlas, Heather and Henbest, p. 50.)
BIntang-bintang yang berkerlipan yang kita lihat di
waktu malam , sama seperti seluruh cakerawala, dalam bahan asap itu.
Allah telah berfirman dalam AlQuran;
“Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap ……” Surah Fusshilat : Ayat 11
Kerana Bumi dan langit di atas (matahari, bulan,
bintang, planet, galaksi, dsbnya..) telah dibina dari ‘asap’ yang sama ,
kami membuat kesimpulan bahawa Bumi dan langit pernah menjadi satu
entiti yang berhubungan. Kemudian luar dari asap yang sama jenis ini
mereka telah terbentuk dan terpisah antara satu sama lain. Allah
berfirman lagi dalam AlQuran;
“Dan apakah orang-orang yang kafir tidak
mengetahui bahawasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu
yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga
beriman?” Surah Al Anbiyaa’ : Ayat 30
Dr. Alfred Kroner ialah seorang dari ahli geologi
terkenal dunia. Dia ialah seorang professor geologi dan juga Pengerusi
Jabatan Geologi di Institut Geosains di Universiti Johannes Gutenberg,
Mainz, Jerman. Dia berkata, “Memikirkan dari mana Muhammad datang ……
Saya rasa adalah mustahil bahawa dia boleh mengetahui sesuatu seperti
asal kejadian alam semesta. Kerana saintis hanya mengetahui perkara ini
beberapa tahun kebelakangan ini, dengan kaedah teknologi yang maju dan
komplikated. [2] Juga dia berkata, “seseorang yang tidak tahu tentang
fizik nuklear 1400 tahun yang lalu tidak boleh, saya rasa, berada dalam
keadaan mengetahuinya dari pemikirannya sendiri, sebagai contoh, Bumi
dan langit mempunyai asal yang sama. [3]
Di mana ALLAH S.W.T ?
Di Mana Allah?
Artikel Buletin An-Nur :
Di Mana Allah?
Sabtu, 21 Januari 06
Dalam suatu pengajian selepas shalat Isya’ menjelang shalat Tarawih pada bulan Ramadhan 1426 H yang lalu di suatu masjid di daerah Depok, seorang penceramah melontarkan satu pertanyaan kepada para hadirin yang hadir pada saat itu. Pertanyaan yang dilontarkan sangat simpel dan sederhana, yaitu, “Di mana Allah?”. Mendengar pertanyaan yang mungkin belum pernah terdengar, para jamaah yang hadir tersebut diam dan tidak terdengar ada jawaban. Lalu penceramah tersebut mengulangi lagi pertanyaannya, “Bapak-bapak, Ibu-ibu Di mana Allah?”. Setelah ditunggu beberapa saat tidak terdengar juga ada jawaban. Namun tanpa disangka dan diduga dua anak kecil yang berada di shaf (barisan) paling belakang duduk di dekat pintu masuk khusus kaum pria, mereka berdua dengan wajahnya yang sangat polos menjawab, “Allah di langit”.
Dalam kesempatan lain dan di tempat lain, penceramah tersebut juga mengajukan pertanyaan yang sama kepada jamaah yang hadir, “Di mana Allah?”. Ada seorang hadirin yang menjawab, “Allah ada di mana-mana dan Dia ada di setiap tempat”, ada lagi yang mencoba untuk menjawab: “Allah ada di hati kita”. Ada lagi yang lainnya mengatakan, “Allah tidak punya tempat”, yang lain lagi mengatakan, “Kita tidak boleh menanyakan hal itu”.
Allah subhanahu wata’ala adalah Rabb yang haq dan wajib kita ibadahi dan bahkan kita diperintahkan oleh-Nya secara rutin untuk melaksanakan ibadah shalat sebanyak 5 kali sehari semalam sebagai bentuk penyembahan dan pengabdian kita yang sangat agung kepada-Nya. Hal itu kita lakukan agar kita tergolong sebagai hamba-Nya yang bertauhid.
Dan juga setiap do’a yang kita panjatkan dan kita munajatkan kepada-Nya setiap ada waktu dan kesempatan, lalu kita tengadahkan kedua tangan kita “ke atas” yang mengindikasikan bahwa Dzat yang kita sembah adalah Maha Tinggi.
Masih banyak pemahaman aqidah kaum muslimin ini yang perlu diluruskan, sebab mayoritas mereka belum mengenal Allah subhanahu wata’ala secara benar, artinya aqidah mereka masih banyak yang menyimpang, hal ini terbukti dari jawaban-jawaban mereka yang salah ketika menjawab pertanyaan yang terlihat sederhana seperti; “Di mana Allah?”. Ini mengindikasikan bahwa aqidah kaum muslimin masih cukup memprihatinkan dan perlu adanya pembenahan.
Kekeliruan semacam ini sebagai akibat dari informasi-informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan yang ditiupkan oleh manusia-manusia yang kurang paham dalam bidang aqidah, sehingga merusak fithrah kaum muslimin.
Padahal untuk menjawab pertanyaan “Di mana Allah,” tidak mesti seseorang itu berkapasitas sebagai seorang ulama, sebab fithrah manusia yang masih suci akan mampu memberikan jawaban yang tepat. Sebagai contoh adalah kasus di atas; dua anak kecil mampu memberikan jawaban yang benar dan tepat ketika menjawab pertanyaan “Di mana Allah?”.
Marilah kita simak pula sebuah hadits shahih berikut ini, “Seorang shahabat Nabi yang bernama Mu’awiyah Bin Hakam As-Sulamy radhiyallahu ‘anhu, dia memiliki seorang budak wanita yang ingin dia merdekakan, akan tetapi sebelum dia dimerdekakan oleh Mu’awiyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajukan dua pertanyaan kepada budak wanitanya tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya, “Di mana Allah ?” Lalu dijawab oleh budak wanita itu, “(Allah itu) di langit”, lalu Nabi bertanya lagi, “Siapa saya ini?”, dijawab oleh budak wanita itu, “Engkau adalah Rasulullah.” Setelah itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda, “Merdekakan dia, karena dia seorang mukminah (yang beriman dan beraqidah secara benar)”.
Hadits ini diriwayatkan oleh jama’ah Ahli Hadits, diantaranya; Imam Muslim, Imam Malik, Imam Abu Daud, Imam Nasa’i, Imam Ahmad, Imam Baihaqi, Imam Daarimi, Imam Ibnu Khuzaimah, dan lain-lain.
Hadits ini merupakan hujjah (dalil) yang sangat kuat untuk membantah orang-orang yang berkeyakinan bahwa Allah subhanahu wata’ala ada di mana-mana dan Dia berada di setiap tempat. Hadits ini menerangkan dengan sangat jelas tentang keberadaan Allah subhanahu wata’ala “di atas langit”.
Imam Adz-Dzahabi setelah membawakan hadits ini di dalam kitabnya “Al-’Uluw,” beliau berkomentar: “Yang demikian itulah pendapat kami (artinya dia sejalan dengan hadits di atas), setiap ada orang yang bertanya, “Di mana Allah? “Maka dia (orang yang ditanya) dengan fitrahnya akan segera menjawab, “(Allah ) Di atas langit!” Di dalam hadits ini ada dua permasalahan:
Pertama; Disyari’atkan seorang muslim bertanya (kepada saudaranya), “Di mana Allah?”,
Kedua; Jawaban orang yang ditanya (hendaklah mengatakan), “Di atas langit!” Barangsiapa yang mengingkari dua permasalahan ini maka dia berarti telah mengingkari Al-Musthafa (Muhammad) shallallahu ‘alaihi wasallam”.
Imam Ad-Darimi membawakan hadits ini dalam kitabnya, Ar-Raddu ‘ala Al-Jahmiyyah. Lalu beliau berkata, “Di dalam hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini dijelaskan dengan terang, bahwa apabila seseorang tidak mengetahui keberadaan Allah yang berada di atas langit dan bukan di bumi, maka dia bukanlah seorang mukmin. Tidakkah engkau perhatikan bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjadikan tanda keimanannya (budak perempuan) tersebut adalah pengetahuannya tentang keberadaan Allah subhanahu wata’ala di atas langit.
Penjelasan tentang istiwa’ (bersemayam) Allah di atas ‘Arsy di langit-Nya telah ditegas-kan oleh Allah sendiri di tujuh tempat dalam Al-Qur’an; (1) S. Thaha ayat 5, (2) S. Al-A’raf ayat 54, (3) S. Yunus ayat 3, (4) S. Ar-Ra’du ayat 2, (5) S. Al-Furqon ayat 59, (6) S. As-Sajdah ayat 4 dan (7) S. Al-Hadid ayat 4.
Madzhab Salaf dan orang-orang yang mengikuti mereka, seperti imam yang empat: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad Bin Hambal dan Imam-Imam yang lainnya, termasuk Imam Abul Hasan al-Asy’ary, mereka berkeyakinan sama dan mengimani keberadaan Allah subhanahu wata’ala di atas langit dan bersemayam di ‘Arsy-Nya sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya.
Dalam kitab Minhaj Al-Firqoh An-Najiyah karya Syaikh Muhammad Jamil Zainu hafidzahullah, beliau menukilkan beberapa ungkapan ulama dari kalangan As-Salafush Sholeh tentang keberadaan Allah subhanahu wata’ala di atas ‘Arsy-Nya, diantaranya:
Imam Al-Auza’iy , berkata, “Kami dari kalangan Tabi’in mengatakan; sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Mulia sebutan-Nya berada dia atas ‘Arsy-Nya, kami mengimani sifat-sifat-Nya sebagaimana apa adanya menurut Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Imam Abu Hanifah , berkata, “Barangsiapa yang berkata saya tidak tahu apakah Rabb-ku berada di langit atau di bumi, maka sungguh dia bukan seorang muslim, karena Allah subhanahu wata’ala sesungguhnya telah berfirman, (Ar-Rahmân ‘Alal-’Arysistawâ, (artinya: Dzat Yang Maha Pengasih bersemayam di atas ‘Arsy), dan ‘Arsy-Nya itu di atas langit yang tujuh. Jika dia mengatakan; sesungguh Dia (Allah subhanahu wata’ala) di atas ‘Arsy-Nya bersemayam, akan tetapi saya tidak tahu apakah ‘Arsy itu berada di langit atau di bumi, maka dia juga bukan seorang muslim, karena sesungguhnya dia telah mengingkari bahwa Allah subhanahu wata’ala berada di atas langit. Dan barangsiapa yang mengingkari keberadaan-Nya di langit, berarti dia telah kufur, karena sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala adalah Dzat yang paling tinggi di atas segala yang tinggi, dan para Hamba-Nya meminta (berdo’a) kepada-Nya dengan menengadahkan tangan ke atas dan bukan ke bawah).
Imam Asy-Syafi’i , berkata, “Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala berada di atas ‘Arsy-Nya (dan ‘Arsy-Nya itu) di atas langit-Nya, Dia mendekat kepada makhluk-Nya, (bagaimanapun caranya) sesuai dengan yang Dia kehendaki, dan sesungguhnya Allah turun ke langit dunia (langit pertama), (bagaimanapun caranya) sesuai dengan yang Dia kehendaki”.
Imam Malik , ketika beliau ditanya tentang bagaimana cara “Istiwa`” (bersemayam) Allah subhanahu wata’ala di atas ‘Arsy-Nya, beliau menjawab: “Istiwa` maknanya sudah jelas/terang (tidak perlu ditanyakan lagi), sedangkan bagaimana cara Allah ber-Istiwa’ di atas ‘Arsy-Nya tidak dapat kita ketahui, beriman dengan sifat Istiwa’ Allah ini adalah wajib dan bertanya tentang hal itu (yaitu bagaimana cara Allah ber-Istiwa’ di atas ‘Arsy-Nya) adalah bid’ah. Lalu Imam Malik , memerintahkan agar orang yang bertanya tersebut dikeluarkan dari majlisnya, sebab dia telah ragu terhadap salah satu sifat Allah subhanahu wata’ala yaitu ber-Istiwa’ di atas ‘Arsy-Nya, sedangkan hal itu tidak pernah ditanyakan oleh generasi sebelum mereka.
Imam Ibnu Khuzaimah (beliau ini imamnya para imam), berkata di dalam kitabnya At-Tauhid, “Kami beriman dengan pemberitaan wahyu dari Allah subhanahu wata’ala, sesungguhnya Pencipta kami (Allah), Dia berada di atas ‘Arsy-Nya, kami tidak akan mengganti/mengubah firman Allah subhanahu wata’ala tentang hal ini, dan kami tidak akan mengucapkan perkataan yang tidak pernah dikatakan oleh Allah kepada kami, (tidak) sebagaimana kaum yang menghilangkan sifat-sifat Allah subhanahu wata’ala seperti kaum Jahmiyyah yang telah berkata: sesungguhnya Allah Istaula (berkuasa) di atas ‘Arsy bukan Istawa (beristiwa’), mereka ini dengan lancangnya telah mengubah firman Allah subhanahu wata’ala yang tidak pernah diucapkan Allah kepada mereka. Sikap mereka ini sebagaimana sikap kaum Yahudi yang telah diperintahkan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk mengucapkan perkataan, “Hiththotun” (ampunilah dosa-dosa kami) tapi mereka justru mengucapkan, “Hinthotun” (gandum), seperti itulah kaum Jahmiyyah”. (Abu Abdillah Dzahabi).
Filed under: – alsofwah.or.id
Di Mana Allah?
Sabtu, 21 Januari 06
Dalam suatu pengajian selepas shalat Isya’ menjelang shalat Tarawih pada bulan Ramadhan 1426 H yang lalu di suatu masjid di daerah Depok, seorang penceramah melontarkan satu pertanyaan kepada para hadirin yang hadir pada saat itu. Pertanyaan yang dilontarkan sangat simpel dan sederhana, yaitu, “Di mana Allah?”. Mendengar pertanyaan yang mungkin belum pernah terdengar, para jamaah yang hadir tersebut diam dan tidak terdengar ada jawaban. Lalu penceramah tersebut mengulangi lagi pertanyaannya, “Bapak-bapak, Ibu-ibu Di mana Allah?”. Setelah ditunggu beberapa saat tidak terdengar juga ada jawaban. Namun tanpa disangka dan diduga dua anak kecil yang berada di shaf (barisan) paling belakang duduk di dekat pintu masuk khusus kaum pria, mereka berdua dengan wajahnya yang sangat polos menjawab, “Allah di langit”.
Dalam kesempatan lain dan di tempat lain, penceramah tersebut juga mengajukan pertanyaan yang sama kepada jamaah yang hadir, “Di mana Allah?”. Ada seorang hadirin yang menjawab, “Allah ada di mana-mana dan Dia ada di setiap tempat”, ada lagi yang mencoba untuk menjawab: “Allah ada di hati kita”. Ada lagi yang lainnya mengatakan, “Allah tidak punya tempat”, yang lain lagi mengatakan, “Kita tidak boleh menanyakan hal itu”.
Allah subhanahu wata’ala adalah Rabb yang haq dan wajib kita ibadahi dan bahkan kita diperintahkan oleh-Nya secara rutin untuk melaksanakan ibadah shalat sebanyak 5 kali sehari semalam sebagai bentuk penyembahan dan pengabdian kita yang sangat agung kepada-Nya. Hal itu kita lakukan agar kita tergolong sebagai hamba-Nya yang bertauhid.
Dan juga setiap do’a yang kita panjatkan dan kita munajatkan kepada-Nya setiap ada waktu dan kesempatan, lalu kita tengadahkan kedua tangan kita “ke atas” yang mengindikasikan bahwa Dzat yang kita sembah adalah Maha Tinggi.
Masih banyak pemahaman aqidah kaum muslimin ini yang perlu diluruskan, sebab mayoritas mereka belum mengenal Allah subhanahu wata’ala secara benar, artinya aqidah mereka masih banyak yang menyimpang, hal ini terbukti dari jawaban-jawaban mereka yang salah ketika menjawab pertanyaan yang terlihat sederhana seperti; “Di mana Allah?”. Ini mengindikasikan bahwa aqidah kaum muslimin masih cukup memprihatinkan dan perlu adanya pembenahan.
Kekeliruan semacam ini sebagai akibat dari informasi-informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan yang ditiupkan oleh manusia-manusia yang kurang paham dalam bidang aqidah, sehingga merusak fithrah kaum muslimin.
Padahal untuk menjawab pertanyaan “Di mana Allah,” tidak mesti seseorang itu berkapasitas sebagai seorang ulama, sebab fithrah manusia yang masih suci akan mampu memberikan jawaban yang tepat. Sebagai contoh adalah kasus di atas; dua anak kecil mampu memberikan jawaban yang benar dan tepat ketika menjawab pertanyaan “Di mana Allah?”.
Marilah kita simak pula sebuah hadits shahih berikut ini, “Seorang shahabat Nabi yang bernama Mu’awiyah Bin Hakam As-Sulamy radhiyallahu ‘anhu, dia memiliki seorang budak wanita yang ingin dia merdekakan, akan tetapi sebelum dia dimerdekakan oleh Mu’awiyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengajukan dua pertanyaan kepada budak wanitanya tersebut. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya, “Di mana Allah ?” Lalu dijawab oleh budak wanita itu, “(Allah itu) di langit”, lalu Nabi bertanya lagi, “Siapa saya ini?”, dijawab oleh budak wanita itu, “Engkau adalah Rasulullah.” Setelah itu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun bersabda, “Merdekakan dia, karena dia seorang mukminah (yang beriman dan beraqidah secara benar)”.
Hadits ini diriwayatkan oleh jama’ah Ahli Hadits, diantaranya; Imam Muslim, Imam Malik, Imam Abu Daud, Imam Nasa’i, Imam Ahmad, Imam Baihaqi, Imam Daarimi, Imam Ibnu Khuzaimah, dan lain-lain.
Hadits ini merupakan hujjah (dalil) yang sangat kuat untuk membantah orang-orang yang berkeyakinan bahwa Allah subhanahu wata’ala ada di mana-mana dan Dia berada di setiap tempat. Hadits ini menerangkan dengan sangat jelas tentang keberadaan Allah subhanahu wata’ala “di atas langit”.
Imam Adz-Dzahabi setelah membawakan hadits ini di dalam kitabnya “Al-’Uluw,” beliau berkomentar: “Yang demikian itulah pendapat kami (artinya dia sejalan dengan hadits di atas), setiap ada orang yang bertanya, “Di mana Allah? “Maka dia (orang yang ditanya) dengan fitrahnya akan segera menjawab, “(Allah ) Di atas langit!” Di dalam hadits ini ada dua permasalahan:
Pertama; Disyari’atkan seorang muslim bertanya (kepada saudaranya), “Di mana Allah?”,
Kedua; Jawaban orang yang ditanya (hendaklah mengatakan), “Di atas langit!” Barangsiapa yang mengingkari dua permasalahan ini maka dia berarti telah mengingkari Al-Musthafa (Muhammad) shallallahu ‘alaihi wasallam”.
Imam Ad-Darimi membawakan hadits ini dalam kitabnya, Ar-Raddu ‘ala Al-Jahmiyyah. Lalu beliau berkata, “Di dalam hadist Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini dijelaskan dengan terang, bahwa apabila seseorang tidak mengetahui keberadaan Allah yang berada di atas langit dan bukan di bumi, maka dia bukanlah seorang mukmin. Tidakkah engkau perhatikan bagaimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjadikan tanda keimanannya (budak perempuan) tersebut adalah pengetahuannya tentang keberadaan Allah subhanahu wata’ala di atas langit.
Penjelasan tentang istiwa’ (bersemayam) Allah di atas ‘Arsy di langit-Nya telah ditegas-kan oleh Allah sendiri di tujuh tempat dalam Al-Qur’an; (1) S. Thaha ayat 5, (2) S. Al-A’raf ayat 54, (3) S. Yunus ayat 3, (4) S. Ar-Ra’du ayat 2, (5) S. Al-Furqon ayat 59, (6) S. As-Sajdah ayat 4 dan (7) S. Al-Hadid ayat 4.
Madzhab Salaf dan orang-orang yang mengikuti mereka, seperti imam yang empat: Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad Bin Hambal dan Imam-Imam yang lainnya, termasuk Imam Abul Hasan al-Asy’ary, mereka berkeyakinan sama dan mengimani keberadaan Allah subhanahu wata’ala di atas langit dan bersemayam di ‘Arsy-Nya sesuai dengan kebesaran dan keagungan-Nya.
Dalam kitab Minhaj Al-Firqoh An-Najiyah karya Syaikh Muhammad Jamil Zainu hafidzahullah, beliau menukilkan beberapa ungkapan ulama dari kalangan As-Salafush Sholeh tentang keberadaan Allah subhanahu wata’ala di atas ‘Arsy-Nya, diantaranya:
Imam Al-Auza’iy , berkata, “Kami dari kalangan Tabi’in mengatakan; sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Mulia sebutan-Nya berada dia atas ‘Arsy-Nya, kami mengimani sifat-sifat-Nya sebagaimana apa adanya menurut Sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Imam Abu Hanifah , berkata, “Barangsiapa yang berkata saya tidak tahu apakah Rabb-ku berada di langit atau di bumi, maka sungguh dia bukan seorang muslim, karena Allah subhanahu wata’ala sesungguhnya telah berfirman, (Ar-Rahmân ‘Alal-’Arysistawâ, (artinya: Dzat Yang Maha Pengasih bersemayam di atas ‘Arsy), dan ‘Arsy-Nya itu di atas langit yang tujuh. Jika dia mengatakan; sesungguh Dia (Allah subhanahu wata’ala) di atas ‘Arsy-Nya bersemayam, akan tetapi saya tidak tahu apakah ‘Arsy itu berada di langit atau di bumi, maka dia juga bukan seorang muslim, karena sesungguhnya dia telah mengingkari bahwa Allah subhanahu wata’ala berada di atas langit. Dan barangsiapa yang mengingkari keberadaan-Nya di langit, berarti dia telah kufur, karena sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala adalah Dzat yang paling tinggi di atas segala yang tinggi, dan para Hamba-Nya meminta (berdo’a) kepada-Nya dengan menengadahkan tangan ke atas dan bukan ke bawah).
Imam Asy-Syafi’i , berkata, “Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala berada di atas ‘Arsy-Nya (dan ‘Arsy-Nya itu) di atas langit-Nya, Dia mendekat kepada makhluk-Nya, (bagaimanapun caranya) sesuai dengan yang Dia kehendaki, dan sesungguhnya Allah turun ke langit dunia (langit pertama), (bagaimanapun caranya) sesuai dengan yang Dia kehendaki”.
Imam Malik , ketika beliau ditanya tentang bagaimana cara “Istiwa`” (bersemayam) Allah subhanahu wata’ala di atas ‘Arsy-Nya, beliau menjawab: “Istiwa` maknanya sudah jelas/terang (tidak perlu ditanyakan lagi), sedangkan bagaimana cara Allah ber-Istiwa’ di atas ‘Arsy-Nya tidak dapat kita ketahui, beriman dengan sifat Istiwa’ Allah ini adalah wajib dan bertanya tentang hal itu (yaitu bagaimana cara Allah ber-Istiwa’ di atas ‘Arsy-Nya) adalah bid’ah. Lalu Imam Malik , memerintahkan agar orang yang bertanya tersebut dikeluarkan dari majlisnya, sebab dia telah ragu terhadap salah satu sifat Allah subhanahu wata’ala yaitu ber-Istiwa’ di atas ‘Arsy-Nya, sedangkan hal itu tidak pernah ditanyakan oleh generasi sebelum mereka.
Imam Ibnu Khuzaimah (beliau ini imamnya para imam), berkata di dalam kitabnya At-Tauhid, “Kami beriman dengan pemberitaan wahyu dari Allah subhanahu wata’ala, sesungguhnya Pencipta kami (Allah), Dia berada di atas ‘Arsy-Nya, kami tidak akan mengganti/mengubah firman Allah subhanahu wata’ala tentang hal ini, dan kami tidak akan mengucapkan perkataan yang tidak pernah dikatakan oleh Allah kepada kami, (tidak) sebagaimana kaum yang menghilangkan sifat-sifat Allah subhanahu wata’ala seperti kaum Jahmiyyah yang telah berkata: sesungguhnya Allah Istaula (berkuasa) di atas ‘Arsy bukan Istawa (beristiwa’), mereka ini dengan lancangnya telah mengubah firman Allah subhanahu wata’ala yang tidak pernah diucapkan Allah kepada mereka. Sikap mereka ini sebagaimana sikap kaum Yahudi yang telah diperintahkan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk mengucapkan perkataan, “Hiththotun” (ampunilah dosa-dosa kami) tapi mereka justru mengucapkan, “Hinthotun” (gandum), seperti itulah kaum Jahmiyyah”. (Abu Abdillah Dzahabi).
Filed under: – alsofwah.or.id
TATA CARA SHALAT JENAZAH
Shalat jenazah memiliki tata cara yang berbeda dengan shalat yang lain, karena shalat ini dilaksanakan tanpa ruku’, tanpa sujud, tanpa duduk, dan tanpa tasyahhud. Berikut perinciannya:
- Bertakbir 4 kali, demikian pendapat mayoritas shahabat, jumhur tabi‘in, dan madzhab fuqaha seluruhnya.
- Takbir pertama dengan mengangkat tangan, lalu tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri (sedekap) sebagaimana hal ini dilakukan pada shalat-shalat lain. Al-Imam Al-Hafizh Ibnul Qaththan berkata: “Ulama bersepakat bahwa orang yang menshalati jenazah, ia bertakbir dan mengangkat kedua tangannya pada takbir yang awal”.[1]Ibnu Hazm menyatakan: “Adapun mengangkat tangan ketika takbir dalam shalat jenazah, maka tidak ada keterangan yang menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam melakukannya, kecuali hanya pada awal takbir saja. Asy-Syaikh Al-Albani berkata: “Tidak didapatkan dalam As-Sunnah adanya dalil yang menunjukkan disyariatkannya mengangkat tangan pada selain takbir yang pertama. Sehingga kita memandang mengangkat tangan di selain takbir pertama tidaklah disyariatkan. Demikianlah pendapat madzhab Hanafiyyah dan selain mereka. Pendapat ini yang dipilih oleh Asy-Syaukani dan lainnya dari kalangan muhaqqiq”.[2]
- Setelahnya, berta‘awwudz lalu membaca Al-Fatihah dan surah lain dari Al-Qur`an. Bacaan dalam shalat jenazah tidaklah dijahrkan namun dengan sirr (pelan), berdasarkan keterangan yang ada dalam hadits Abu Umamah bin Sahl, ia berkata: “Yang sunnah dalam shalat jenazah, pada takbir pertama membaca Al-Fatihah dengan perlahan kemudian bertakbir tiga kali dan mengucapkan salam setelah takbir yang akhir”.[3]
- Takbir kedua, lalu bershalawat untuk Nabi Shallallahu ‘alai wasallam sebagaimana lafadz shalawat dalam tasyahhud.
- Takbir ketiga, lalu berdoa secara khusus untuk si mayat secara sirr menurut pendapat jumhur ulama. Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila kalian menshalati mayat, khususkanlah doa untuknya”.[4]
Di antara sekian doa yang pernah diucapkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam untuk jenazah adalah: “Ya Allah, ampuni dan rahmatilah dia. Lindungilah dia dari perkara yang tidak baik dan maafkanlah dia, muliakanlah tempat tinggalnya, luaskan/ lapangkanlah tempat masuknya. Basuhlah ia (dari bekas-bekas dosa) dengan air, salju dan es. Sucikanlah dia dari kesalahan-kesalahannya sebagaimana engkau mensucikan pakaian putih dari noda. Gantikanlah untuknya negeri yang lebih baik daripada negerinya, keluarga yang lebih baik daripada keluarganya dan pasangan yang lebih baik daripada pasangan hidupnya. Masukkanlah ia ke dalam surga, lindungilah dia dari adzab kubur dan adzab neraka”.[5] - Pada takbir terakhir, disyariatkan berdoa sebelum mengucapkan salam dengan dalil hadits Abu Ya‘fur dari Abdullah bin Abi Aufa ia berkata: “Aku menyaksikan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam (ketika shalat jenazah) beliau bertakbir empat kali, kemudian (setelah takbir keempat) beliau berdiri sesaat –untuk berdoa–[6]. Al-Imam Ahmad berpendapat disunnahkan berdoa setelah takbir terakhir ini, sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Masa`il Al-Imam Ahmad (153). Demikian pula pendapat dalam madzhab Asy-Syafi‘iyyah
- Kemudian salam seperti salam dalam shalat lima waktu, dan yang sunnah diucapkan secara sirr (pelan), baik ia imam ataupun makmum.
[1] Al-Iqna’ fi Masa`ilil Ijma’, 1/186
[2] Ahkamul Jana`iz
[3] HR. An-Nasa`i
[4] HR. Abu Dawud
[5] HR. Muslim
[6] HR. Baihaqi
Rate this:
1 Votes
Like this:
Be the first to like this post.
Tinggalkan Balasan


Langganan:
Postingan (Atom)